Blog-blogan

Kamis, 26 November 2009

"Menjemput impian.....(kisah asmara paruh baya)


        Jakarta sore ini di matanya tak lagi semrawut, kemacetan lalu-lintas ibukota yang tak pernah berhenti terutama di saat jam pulang kerja tak lagi membuatnya kesal. Gedung-gedung berlapis kaca, menara-menara gading menjulang tinggi di matanya tak lagi terlihat merusak tatanan. Ratusan kendaraan bermotor yang menyelip di antara laju mobilnya tak membuatnya lagi ngeri tersenggol.
        Jakarta sore ini di matanya tak lagi semrawut, para pengamen jalanan bercampur pengemis bermodalkan bayi-bayi kecil di tatapnya penuh senyuman. Berkali-kali ia dengan senang menyelipkan  lembaran ribuan dan berbalaskan tatapan terima kasih.
        Jakarta sore ini di matanya begitu indah mempesona. Sambil mendendangkan lagu I Need You-nya Fait Hill kesukaannya ia menjalankan kendaraannya dengan penuh ketenangan dan keriangan hati.
Dari balik kaca mobilnya ia memandang Jakarta sore ini begitu berirama, pekatnya asap knalpot, riuhnya bunyi klakson di telinganya bagaikan suara orkestra yang menyihir pendengarannya.
      Sesungguhnya Jakarta tetaplah macet, pekatnya asap dan hingar-bingarnya suara klakson tetaplah memekakkan telinga. Lalu lalang pengemis dan pengamen jalanan tetaplah pemandangan tak sedap  negeri ini.
         Sesungguhnya yang membuat Jakarta sore ini berubah indah di matanya, terdengar merdu di telinganya, adalah irama symponi bahagia yang bertandang di hatinya, sinar matahari yang sedang bercahaya penuh di dadanya. Tembang-tembang cinta para Diva sedang mengalun di dadanya.
        Dan penyebab semua ini adalah seorang wanita cantik seusianya yang di temuinya pada Pameran Buku Nasional di ibukota. Perempuan itu telah membuatnya terpesona, menggetar-getarkan dadanya bagaikan suara gitar yang dipetik gitaris "GIGI" Dewa Budjana. Perempuan yang di matanya bagaikan anggrek Bulan mekar di tangkainya,  perempuan yang di matanya bagaikan permata Kalimaya kesukaannya.   
        Perempuan  itu memanglah tak lagi muda, sama persis dengan usianya yang berkepala empat, tapi bukanlah jatuh cinta milik siapa saja tak pandang usia, tua maupun muda. Ia memang terjerat tali asmara di usia baligh ke dua. Ia dan perempuan memang tak lagi muda, kedua-duanya pernah merasakan berumah tangga dan kedua-duanya gagal membinanya. Nasib yang sama mempertemukannya.
(bersambung)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar