Blog-blogan

Tampilkan postingan dengan label Facebook.com. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Facebook.com. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Juli 2013

Prakarya-kewirausahaan dan my wife



Pada tanggal 09 Juni 2013 kemarin saya mengajak istri untuk sama-sama melamar sebagai tenaga pendidik di MA Turus. (tiap tahun pelajaran baru para guru Turus diwajibkan membuat lamaran sebagai bukti keseriusan mengajar, dan administratif juga tentunya).Kebetulan tahun ini ada mata pelajaran baru yang cocok dengan kompentensi yang dimiliki istri yaitu "Prakarya dan kewirausahaan".

Karena hampir 5 tahun dia tidak pernah mengajar lagi, terlihat ada keraguan untuk mengiyakan ajakan saya sebagai suaminya. Namun melihat mata pelajarannya yang saya sodorkan dia akhirnya antusias dan muncul semangatnya.
Yes, saya jadi semangat juga mengajar tahun ini, karena ada sparing patner dalam dunia keterampilan yaitu istri saya sendiri. Saya di mata pelajaran Seni Budaya (dimana di dalamnya ada materi seni rupa)  dan ia di Prakarya & Kewirausahaan.  Sesungguhnya kami selama ini terbiasa berpasangan di dunia wedding, dia merias dan saya mendekor.

Sesuai Kompentensi Dasar SMA/MA yang diterbitkan KEMENDIKBUD tahun ini, mata pelajaran Prakarya & Kewirausahan, Seni Budaya dan Penjas masuk pada kelompok wajib B. Yaitu kelompok yang masuk pada mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Saya membahasakannya teori untuk praktik bukan teori untuk teori.

Dalam Kurikulum 2013, dinyatakan bahwa Kompetensi Inti (KI) merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki siswa yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor)yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan bagi saya dapat dikategorikan dalam dua bagian besar, sebagai hard skill-nya adalah prakarya dan soft skill-nya adalah kewirausahaan. Saya mengartikan prakarya adalah keterampilan, hasta karya, kerajinan tangan atau keterampilan tangan. Kemampuan siswa untuk mencipta, berinovasi dan menghasilkan sesuatu yang kemudian hasilnya diaplikasikan melalui praktik wirausaha yang akhirnya diharapkan muncul entrepreneur yang inovatif dan kreatif.

Ketiadaan dan belum hadirnya buku materi yang diterbitkan oleh Kemendikbud kadang menjadi pemikiran para guru untuk memulai memberikan materi pelajaran, ini juga yang menjadikan diskusi panjang antara saya dan istri. Untungnya istri saya berprinsip tidak mau bergantung pada buku panduan materi (yang belum keluar) yang biasanya menjadikan guru bingung. Inilah bila kita masih selalu berada pada prinsip pengajaran yang lebih menekankan teori lalu diujikan. Lebih menekankan pada hasil Kognitif bukan pada kemampuan afektif dan psikomotor siswa.
Waduh, bangga juga saya pada istri. Walau belum ada buku panduan materi, dia mau berinovasi dan mau meanfatkan apa saja sebagai sumber materi belajar. "Potensi lingkungan (muatan lokal) bisa dijadikan sebagai sumber inovasi  dan kreasi kita pak"sambungnya. Cek...cek....

.......hayolah istriku, yuk kita saling bau membau. Ops, saling bahu membahu maksudnya

Senin, 22 Juli 2013

6. Galau


Catatan Pinggir: facebook.com/tubagusencep

19 Juli 2013 pukul 15:21
Kata galau menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) adalah sebuah kata sifat yang bisa diartikan, ber – ga – lau : sibuk beramai – ramai; ramai sekali; kacau tidak karuan( piikiran ), ke – ga – lau – an : sifat(keadaan hal) galau. Sementara di kalangan anak muda jelas pengertiannya berbeda-beda tergantung sejauh mana tingkat ke-humorannya.  Lho..kok humor, itulah anak muda; walaupun galau tetap saja mengartikannya dalam pengertian humor. Galau= gak layau, sedikit bagus God Always Listening and Understanding atau Gak jelas Antara Lanjut Atau Udahan dan seabreg-abreg pengertian lainnya.

Seorang sahabat di dunia nyata sekaligus teman di Fesbuk minta dituliskan dalam catatan pinggir saya mengenai kegalauannya. (Berarti sebenarnya banyak juga yang baca tulisanku, cuma tak kentara jejaknya karena tak adanya komen atau sedikit tanda like. Kasih tanda dong bro...!). Ada-ada saja teman yang satu ini, kok minta dieksposkegalaunnya. Waduh, jangan-jangan dia kena penyakit syndrom narsism yang melanda pengguna situs jejaring akhir-akhir ini. Cerita dulu dong teman, agar saya bisa merasuk dan mendalami karakter kegalauanmu. Cie..cie...

Sesungguhnya saya juga sedang galau kali ini, galau melihat kondisi sampah yang ada di sekeliling lingkungan. Galau karena belum berhasil mengajak semua elemen untuk peduli pada kebersihan, peduli kesehatan lingkungan.
Saat ini kita semua masih dihinggapi kemampuan bersih di lingkungan sendiri namun dengan membuat kotor tempat orang lain. Sepertinya itu bukan mindset yang benar tentang kebersihan. Karena yang benar tentang menjaga kebersihan adalah menjaga kebersihan di manapun berada. Fi kulli mahallin wa fi kulli makaanin.

Membuang sampah yang benar saja saja pada tempatnya kita semua belum sanggup, lihatlah tempat sampah yang berada dekat rumah saya; menjijikan melihatnya. Bukan sekali dua kali sampah itu dibersihkan tapi kemudian terulang kembali posisinya. Sampah selalu di luar tempat sampah. Dan sampah yang belum juga diangkut oleh petugas sampah.

Bicara menjaga kebersihan adalah bicara mental dan sikap seseorang, bukan di mana sekolahnya atau sejauh mana rutinnya seseorang menjalankan qiyamus sunnah. Karena sesungguhnya praktek dan sikap seseorang adalah sejauh mana pendalaman sesorang mengambil sari-pati ilmu dan ketaqwaannya. Maka saya berani mengatakan apalah arti salat sunnahmu kalau kamu belum mampu menjaga lingkunganmu. Salat sunnahmu adalah bentuk ibadah individualmu, ibadah yang condong lebih memikirkan dirimu sendiri. EGOSENTRIS

Teringat kisah pertemuan Musa dengan sahabatnya, yang baru pulang setelah bertahun-tahun beribadah sendirian di dalam gua. Terjadilah dialog antara Musa dan sahabatnya:

Sahabat: "Hai Musa nabiku... setelah aku bertahun-tahun menyendiri di gua, beribadah khusyu' kepada Allah. Di surga manakah aku di tempatkan ya Musa...?"
Musa berkata: "Di nerakalah tempatmu..."
Sahabat Musa kaget dan berteriak: "Mengapa seperti itu ya Musa..?"
Musa menjawab:"Karena kamu lebih memikirkan dirimu sendiri dibandingkan memikirkan menafkahi keluargamu dan kepentingan sosial masyarakatmu"

_________________________________________________________________________________

.....diam-diam kuambil korek dan kubakari kembali sampah yang bergeletakan di luar tempat sampah.

5. Menulis


Catatan pinggir:

16 Juli 2013 pukul 23:08
Setelah sampai pada tulisan CAPING (catatan pinggir) saya yang ke (IV) empat di bulan ramadhan ini, seorang sahabat dekat di DUNYAT (dunia nyata) mempertanyatakan motivasi menulis saya secara rutin tiap malam dan mempostingnya di Pesbuk. (saya tidak menyangka dia rajin mengikuti karena memang tak ada jejak membacanya baik lewat "like" atau komentarnya ) 

Bulan ramadhan sudah dipahami oleh semua pemeluk Islam sebagai bulan yang penuh keberkahan, sebagaimana Hadis Nabi “Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang utama adalah hari Jumat. Selanjutnya nabi bersabda” Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), dan dia kabulkan do`a, pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (Riwayat Ath-Thabrani)

Jujur, saya bukanlah orang yang rajin melakukan amalan hasanah (baik), di bulan biasa maupun di bulan penuh keberkahan ini. Mungkin inilah gambaran masih tipisnya keimanan saya dalam mempraktekkan nilai-nilai agama. Tetapi hakkul yaqin saya juga bukanlah orang yang senang dengan terbuangnya waktu secara percuma, karena agama pun melarangnya.  Maka lewat menulislah saya berharap malaikat yang ada disamping saya mencatatnya sebagai perbuatan baik dan memasukannya pada kategori ibadah, semoga. Sebagaimana Ibnu Taimiyah Rahimahullahu mendefinisikan makna ibadah: adalah segala perkara yang dicintai oleh Allah Ta’ala, baik berupa perkataan ataupun perbuatan, yang nampak (dzahir) ataupun yang tidak nampak (bathin). (lihat Al ‘Ubudiyah, Ibnu Taimiyah)

Lewat menulis saya berharap bisa belajar, karena untuk mampu menulis mau tidak mau kita dituntut untuk membaca yang bisa diartikan juga adalah belajar. Dan belajar menurut agama masuk pada ranah ibadah selama itu diniatkan karena Allah SWT.  sebagaimana perintah-Nya yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca (QS al-Alaq [96]:1-6). Perintah ini sangat penting karena inti belajar adalah membaca. Tidak ada proses pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas pembacaan. Dalam Islam, belajar adalah ibadah. "Menuntut ilmu itu (belajar) wajib bagi Muslim dan Muslimah." (HR Muslim).

Lewat menulis pula, saya berharap mampu meningkatkan kapasitas belajar, menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari siapapun dan dari manapun dan kemudian mengungkapkannya secara terorganisir sehingga mampu menginspirasi pembaca. Dan ini mudah-mudahan bernilai ibadah juga buat saya, amin.

Maka dengant menulis pula mudah-mudahan saya bisa melakukan perbuatan yang masuk pada amalan hasanah pada bulan ramadhan ini. Baik buat saya, bermanfaat buat pembaca.

......mudah-mudahan ramadhan memang menjadi berkah yang nyata buat kita semua.


4. Sirsak atawa nangka walanda


Catatan pinggir: facebook.com/tubagusencep

15 Juli 2013 pukul 23:32
Kalau berjalan memasuki komplek Pesantren Turus, sesekali arahkan pandangan mata ke kanan-kiri sisi jalan anda. Terlihat berderet pohon Sirsak (Annona muricata L.) atau Nangka Walanda menurut orang sunda, yang dulu ditanam oleh Almarhum KH. TB. Moh. Hasyim pengasuh Pesantren Turus di Era kepemimpinan Almarhum KH. TB. Ahmad Quaisjini 'Idrus.

Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam") didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun bukan berasal dari Eropa. Sejatinya pohon ini berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. 

Sudah menjadi kebiasaan, mama Hasyim suka menanam aneka jenis pohon di sekeling pesantren, sebuah kegiatan sederhana yang terasa bermanfaat sepeninggalnya. Ada juga pohon jeruk sambal (Citrus ambluycarpa) yang ditanam di sawah belakang komplek pesantren. Kebiasaan kecil yang belum bisa dilakukan oleh para penerusnya termasuk saya. Padahal saya sering berebut dengan para santri saling incar buah Sirsak yang sudah tua, untuk diperam satu atau dua hari di atas bak mandi. Terlambat sedikit saja, maka codot (sejenis kelelawar) akan mendahului kami. 

Sirsak dikenal sebagai buah yang enak dan segar. Sebagian besar dari kita tidak menyadari ternyata buah sirsak memiliki banyak manfaat untuk pengobatan. Tidak hanya itu saja, bahkan daun dari pohon sirsak pun memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan serta pengobatan.
  • MANFAAT DAUN/BUAH SIRSAK UNTUK PENGOBATAN DAN KESEHATAN

1. Daun Sirsak Mampu Mengobati Kanker

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Purdue University Amerika Serikat, menyatakan bahwa daun sirsak ini memiliki kandungan yang sangat baik untuk pengobatan berbagai macam penyakit terutama penyakit kanker. Pada penelitian tersebut membuhktikan bahwa daun sirsak mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Adapun beberapa jenis kanker yang diklaim dapat diobati adalah kanker payudara, kanker prostat, kanker paru-paru dan 12 jenis kanker lainya. Cara yaitu ambil 10 lembar daun sirsak tua, lalu rebuslah dengan 3 gelas air. Biarkan hingga tersisa 1 gelas air, minumlah 2 kali setiap harinya selama 2 minggu

2. Daun Sirsak Juga Dapat Mengobati Asam Urat

Daun sirsak juga dapat digunakan sebagai obat asam urat. Banyak pengobatan alternatif yang menggunakan daun sirsak untuk pengobatan asam urat. Caranya sangat mudah yaitu dengan daun sirsak yang sudah cuku tua tapi masih hijau, kira-kira 6 sampai 10 lembar kemudian cuci bersih. Selanjutnya daun sirsak dipotong-potong dengan tujuan memastikan kandungan pada daun benar benar keluar. Rebus daun tersebut dengan 2 gelas air, biarkan mendidih hingga air tersisah 1 gelas. Minum ramuan tersebut sehari dua kali yaitu pagi dan malam hari. 

3. Manfaat Daun Sirsak untuk mengobati Sakit Pinggang.

Jika kamu mempunyai masalah dengan pinggang kamu, cobalah untuk membuat ramuan daun sirsak ini. Ambillah 20 lembar daun sirsak lalu rebuslah dengan 5 gelas air. Biarkan hingga mendidih dan tersisa 3 gelas. Minumlah ¾ gelas ramuan ini 1 kali sehari.

4. Membantu system kekebalan tubuh dan menghindari infeksi.

Kandungan yang terdapat pada daun sirsak dipercaya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya infeksi pada tubuh. Caranya, siapkan 4/5 lembar daun sirsak, rebus dengan 4 gelas air biarkan mendidih hingga tersisa 1 gelas. Minumlah 1 kali sehari.

5. Manfaat Daun Sirsak untuk mengobati Eksim dan Rematik.

Tumbuk daun sirsak sampai halus dan tempelkan di bagian tubuh yang dirasa ngilu atau sakit karena rematik atau eksim secara teratur 1 hari dua kali.

6. Manfaat daun Sirsak untuk mengobati Bisul.

Petiklah daun sirsak yang masih muda kemudian tempelkan pada tubuh terkena bisul.

Itulah beberapa manfaat daun sirsak yang dapat anda jadikan rujukan pengobatan tradisional. Namun masih ada beberapa manfaat lainya jika anda mengkonsumsi ramuan daun sirsak secara rutin berikut ini manfaatnya:

- Membantu menyehatkan jantung- Membantu untuk menurunkan kadar gula dalam darah- Membantu untuk menurunkan tekanan darah tinggi- Mampu menghambat pertumbuhan bakteri- Membantu menghambat perkembangan virus dalam tubuh- Membantu menghambat perkembangan parasit- Membantu menghambat pertumbuhan tumor- Membantu merileksasi oto-otot dalam tubuh- Mampu menjadi obat anti kejang- Membantu meredakan nyeri- Mampu mengobati dan menekan adanya peradangandalam tubuh- Mampu membantu untuk menurunkan demam- Menguatkan saraf- Membantu melebarkan pembuluh darah pada tubuh- Membantu untuk membunuh cacing parasait- Menguatkan dan melancarkan pencernaan serta meningkatkan nafsu makan.

  • Manfaat Buah Sirsak

Buah sirsak mengandung banyak vitamin, namun yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per orang per hari (yaitu 60 mg), telah dapat dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi 300 gram daging buah sirsak. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak menjadikan buah ini sebagai antioksidan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan.

Sementara itu kandungan lain yang terdapat pada buah sirsak adalah Mineral, yaitu fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27 dan 14 mg/100 g. Kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang, sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis atau tulang kropos.

Bukan hanya gizi, buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu diantaranya adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3 g/ 100 g daging buah.Jika kita mengkonsumsi 100 g daging buah sirsak maka kita sudah memenuhi 13 persen kebutuhan serat pangan sehari. Buah sirsak juga kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat dipastikan bahwa buah tersebut sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat, dan meningkatkan selera makan. Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit (susah buang air besar).Dan tentunya manfaat lainnya yang begitu banyak, saya serahkan anda mencarinya sebanyak mungkin.

Menanam Untuk anak Cucu

Setelah memahami betapa kayanya manfaat daun/buah sirsak, saya terpekur sendirian. Memikirkan kebiasaan orang tua yang tidak kita duga sebelumnya. Mereka menanan jauh sebelum manfaat tanaman ini diketemukan dan diinformasikan secara luas. Mereka berbuat jauh ke depan, untuk masa depan generasi selanjutnya. Dan tidak berfikir untuk dirinya sendiri. Sementara, kita kadang lebih sering menghancurkan apa yang sudah dirintis orang tua, ketimbang meneruskannya

.....sambil menulis caping ini, kunikmati manisnya buah sirsak yang kuambil dari atas bak kamar mandi tadi. 

3. Memberi = Menerima


Catatan pinggir:

14 Juli 2013 pukul 23:45
Dalam 4 bulan terakhir ini saya sering melihat seorang alumni muda (entah angkatan ke berapa) yang sering silaturahmi ke Turus. Secara pribadi saya tak mengenalnya, saya lebih mengenalnya karena pertemanan pada grup jejaring sosial FB "Turus Lovers dan Forum diskusi alumni iki-iku fasol sawiji". Orangnya kalem dan sering tersenyum, walaupun sifat pemalunya menonjol ketika berhadap dengan orang yang baru dikenalnya. (itu pengamatan saya). Dari informasi yang saya serap dia membiayai adiknya nyantri di Turus. Seorang kakak yang baik.

Bukan hal yang aneh sebetulnya alumni bersilaturahmi ke almamater-nya, namun ada hal yang berbeda yang saya amati dari dia. Setiap dia bersilaturahmi selalu menyempatkan datang ke kantor Aliyah dan Tsanawiyah untuk sekedar ngobrol sebentar dengan gurunya. Sambil tak lupa ngeborong kopi berikut rokok untuk seluruh guru yang ada, (walau ada diantaranya beberapa guru tak dikenalnya) bahkan menyempatkan diri jauh-jauh dari Jakarta membawa buah tangan kue-kue basah yang lezat menurut lidah saya.

Secara teori tak ada istimewa bukan?, namun bil-hal dia sudah mempraktekan nilai-nilai silaturahmi plus berbagi (memberi) yang tidak semua orang gampang melakukannya, apalagi pada orang yang belum lama dikenalnya. Mengapa saya memberikan apresiasi padanya, karena kalau dilihat dari sudut pandang mata saya dia belum begitu sukses, tetapi ia kaya di mata saya. Saya hanya bisa berdo'a semoga cinta Allah selalu menyertai dalam gerak langkahnya, amin.

Bicara memberi ataupun berbagi adalah sebuah perbuatan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki mental memberi. Dan ini tidak berkaitan dengan finansial semata. Karena banyak orang yang memiliki finansial lebih dari cukup namun berat sekali untuk memberi. Maka jangan kaget kalau anda melihat di kantor pos mereka yang mampu berebut antri mendapatkan BLSM, itu miskin di mata saya.

Mencermati judul Catatan Pinggir saya dengan judul "Memberi sama dengan menerima" ,banyak sekali ayat dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa pemberi kebaikan akan menerima kebaikan, bahkan berlipat ganda dan dengan bonus luar biasa. Memberi dalam Islam disebut dengan berbagai istilah. Ada zakat, infak, sedekah, amal saleh, dan lain-lain. Pemberian yang dianggap dalam kategori itu pun beragam, mulai dari harta sampai memberi minum seekor anjing atau memberikan sesungging senyuman. 

Dalam rumusan matematika, bila sesuatu dikeluarkan, sesuatu itu akan berkurang atau dalam istilah Arab tajaffa yang arti harfiahnya adalah mengering. Lima diambil dua, maka tigalah sisanya. Namun apakah ini berlaku untuk konsep memberi yang sesungguhnya? Memberi bisa dilihat dari dua sisi, sisi agama dan psikologis. Dari sisi agama, memberi, khususnya kebaikan, sesungguhnya justru melipatgandakan kebaikan si pemberi. 

Bahkan dalam Alquran disebutkan hitungan-hitungan angka berlipatnya kebaikan. Kebaikan satu akan berbalas 100. Logika memberi tapi tidak mengurangi bisa dijelaskan dengan konsep tasawuftajalli, melimpahnya apa yang dimiliki Tuhan tanpa mengurangi apa yang dimiliki-Nya. Tuhan menciptakan makhluk, memberikan kehidupan kepada mereka, semua itu tidak membuat-Nya kehilangan, tapi justru dengan memberikan limpahan menjadikan-Nya menerima sesuatu yang lain, yaitu terbukanya tabir Tuhan sebagai Tuhan pencipta yang “tersembunyi” (kanz makhfi) sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Qudsi.

Di sini ada timbal balik, memberi tapi pada saat yang sama menerima. Demikian pula dengan memberikan harta atau bentuk kebaikan lain. Bila kita renungkan, memberikan harta kita dalam Islam dikatakan sebagai menyucikan harta yang dimiliki. Secara teologis pun sudah ditegaskan bahwa tak ada yang “gratisan” ketika mengeluarkan harta. Sesungguhnya itu bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan diri sendiri.

Perhatikanlah perbedaan air yang menggenang dan yang mengalir. Air yang menggenang apalagi menumpuk diam dalam suatu wadah lama-kelamaan air akan keruh dan menjadi sarang bibit nyamuk yang bisa membawa penyakit demam berdarah, ditambah lagi baunya tak sedap. Tapi lihatlah air yang mengalir.

Dia sebaliknya bukan saja lebih bersih, melainkan juga membersihkan kotoran-kotoran yang dilewatinya dan tidak berbau. Pantaslah ada pepatah Arab yang berbunyi, inni ra’aytu wuquf al ma’ yufsiduhu in saala thaba wa’in lam yajri lam yathib, artinya sesungguhnya aku saksikan air yang berhenti itu menjadi keruh dan jika mengalir dia akan jernih. 

Alirkanlah apa yang dimiliki kepada orang lain, niscaya itu akan membawa kebaikan bukan hanya pada orang lain, tapi juga kepada dirimu sendiri. Perhatikanlah matahari dan bulan, malam dan siang, kaya dan miskin, senyap dan riuh. Masing-masing seakan tak berhubungan dan berbeda, bahkan seakan-akan yang satu lebih tinggi atau penting daripada yang lain. Tapi apakah ada siang tanpa malam? Apakah ada kaya tanpa miskin? Apakah ada riuh tanpa senyap? Apakah ada garis lurus tanpa lengkung? Tak ada.Yang satu berutang pada yang lain dan harus berterima kasih satu sama lain. 

Dengan demikian apakah ada alasan untuk merendahkan satu di atas yang lain? Mungkin saja siang mengklaim dia lebih berjasa daripada malam karena telah memberi kesempatan kepada manusia dan makhluk hidup untuk mencari penghidupan. Tapi jangan lupa bahwa tanpa malam, manusia tak akan ada kesempatan untuk merebahkan diri beristirahat untuk menyongsong esok siang.

Sang kaya mungkin akan berbangga bahwa dialah yang paling mulia karena memberi dan menyantuni, tapi jangan lupa tanpa mereka yang disebutnya miskin, dia pun takkan bisa apa-apa. Bahkan tanpa mereka, siapa yang akan menyebut mereka “kaya”?.

Karenanya, memberi sesungguhnya adalah menerima.


......diam-diam,  saya belajar banyak darinya

2. Akupun menangis


Catatan Pinggir: facebook.com/tubagusencep

14 Juli 2013 pukul 4:20

Kaget, itu yang kurasakan. Ketika seorang alumni teman ngopiku dulu di asrama Darul Imtihan menelpon bahwa anaknya ingin pindah sekolah dan tidak mau lagi meneruskan nyantrinya. 
Kagetku kali ini tidaklah seperti perasaanku saat melihat puisi-puisiku dimuat di koran lokal terkenal di Banten, kagetku waktu itu ada nyanyian suka di dalamnya. Tapi kagetku kali ini diiring kicauan sedih di dalamnya.

Sedih, jelas aku merasa sedih karena aku tak berhasil menjaga anaknya dengan baik, membuatnya tetap semangat untuk nyantri. Terlebih ketika aku berhadapan langsung dengan teman ngopiku ini, kilatan gundah yang kubaca lewat matanya membuatku semakin lebih bersedih. Perasaanku saat itu mungkin mirip si bungsu yang tak kukabulkan permintaan jajannya.  

Sedihku semakin bertambah ketika teman ngopiku bercerita penyebab anaknya tak betah nyantri lagi, adalah adanya gangguan-gangguan kecil dari teman di atasnya, walaupun itu bukanlah penyebab utama. Sekecil apapun gangguannya kalau itu mendorong santri tak nyaman lagi, itu tetaplah membuatku bersedih.
Dan kesedihanku kali membuatku marah, marah pada sang pengganggu dan marah pada diriku sendiri.
Mengganggu kenyaman teman se-asrama, menekan atau intimidasi terhadap teman bagiku adalah cikal bakal perbuatan preman yang harus dihilangkan agar kelak tak jadi membesar. Dan bodohnya aku, mengapa ini bisa melewati pengamatanku.

Pesantren memang bukanlah institusi yang bisa lepas dari hal-hal negatif seperti itu, apalagi pesantren saat ini masih dipakai sebagai alternatif terakhir meyekolahkan anak oleh para orang tua. Ketika anak gagal masuk sekolah unggulan, ketika anak sudah tak lagi minat bersekolah, ketika orang tua tak lagi sanggup melayani kenakalan anak-anaknya, maka pesantren dijadikan pembuangan terakhir pendidikan sang anak. Maka wajarlah dalam sebuah ceramah seorang kiyai terkenal sempat berseloroh: "Saya harus bersabar dan berbesar hati, santri-santri yang saya didik adalah sisa-sisa dari sekolah lain, banyak membawa virus negatif. Sementara para orang tua berharap banyak melebihi harapan mereka pada tempat pendidikan lain yang murid-muridnya justru murid unggulan dan bermental baik".

Terlepas dari beban berat yang ditanggung pendidik di pesantren, tetaplah membuatku bersedih ketika gangguan kecil bisa lewat dari pengamatanku. Dan kali ini harus dialami oleh anak teman ngopiku. Ironi 

Melihat fenomena saat ini, adalah suatu kekhawatiran bila memperhatikan gejala yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Sikap bully kini mulai marak dan mulai merambah di kalangan pendidikan, tanpa terkecuali pesantren. Bully sendiri adalah bahasa lain dari Bullying yang menurut kamus besar bahasa Indonesia:  ialah intimidasi. Bentuk tindakan seperti menggangu, menyakiti, melecehkan yang dilakukan sengaja atau tidak sengaja, terencana, dapat bentuknya terus menerus terhadap seseorang atau sekelompok orang.

Teringat Pasal 54 UU No. 23 Tahun 2002 isinya : “Anak di dalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah  atau teman - temannya di dalam sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya”.

Maka dapat disimpulkan bahwa bullying terbagi menjadi 3 kategori yaitu :

1. Bullying Verbal yaitu, memaki, mengejek, menggosip, membodohkan dan mengkerdilkan
Contohnya mengeluarkan kata-kata kasar ataupun menggossipkan teman.

2. Physical, yaitu ; memukul, menampar, memalak atau meminta paksa yang bukan miliknya, dan juga pengeroyokan. Contohnya : Biasanya terjadi ketika pemimpin genk mengajak teman-teman genknya  untuk memalak, merebut sesuatu yang bukan miliknya, memukuli teman sekolah yang dianggap menyebalkan, dan lain-lain.

3. Emotional, antara lain :  mengintimdasi, mengecilkan, mengabaikan, mendiskriminasikan
Contoh : Anak2 Genk nakal mengintimidasi teman-teman di sekolah yang lemah.

Aku yakin anak teman ngopiku tidaklah mengalami hal sejauh ini, investigasiku sudah melihat hal sebenarnya. Tetapi tetap saja gangguan-gangguan kecil yang membuat orang lain tidak nyaman ini, membuatku  bersedih.
Bahkan menangis......


1. Wajah itu


Catatan pinggir: Facebook.com/tubagusencep
13 Juli 2013 pukul 1:48
Kulihat lagi wajah itu, berjalan perlahan menuju pesantren. Di teras kantor Diniyah ia berhenti dan duduk dalam diam. Ya, wajah itu sering kulihat, kadang ia nongkrong di warung santri yang menyediakan makanan kecil sekaligus juga menjual buku-buku tuqilan yang menjadi bahan kajian anak santri di pesantren itu.

"Kenapa kamu terlambat lagi " Aku mencegatnya yang terburu-buru mencoba melewatiku untuk segera masuk dalam kelas. "Berdiri depan kelas...!" Sambungku. Memoriku membuka kembali ke lingkaran waktu yang telah berlalu. 

Wajah yang sering kulihat itu memang miliknya. Wajah milik murid terakhirku dua tahun lalu. Mengapa wajah itu sering kulihat kembali mundar-mandir di sekitar pesantren tempatku mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik. Bukankan seharusnya ia ada di rumahnya atau sibuk dengan mata pelajaran kuliahnya, sesuai berita yang kudengar tentang pemilik wajah itu.

Kulihat lagi wajah itu, berjalan perlahan dan mencoba berbelok arah dengan cepat sesaat melihatku berjalan berhadapan arah dengannya. Segera kusapa sambil memasang senyum termanisku, "Assalamu'alaikum , apa khabar..?". Pemilik wajah itu menjawab dengan lemah tanpa riak semangat dalam wajahnya, "Baik tadz...."
Kurangkul bahunya dengan erat."Mari ikut bapak ke kantor Aliyah, bapak sudah kangen ingin ngobrol denganmu". Terasa ada gerakan tubuh sesaat, kupererat rangkulanku dan kugiring ia menuju kantor guru.

"Saya menyesal tadz, dulu malas mengaji dan tidak belajar dengan sebaik-baiknya". Pemilik wajah itu bercerita ketika kutanyakan seringnya ia mampir kembali ke almamaternya. "Saya kesulitan menghadapi masyarakat ketika mereka meminta saya untuk jadi khatib salat ju'mat, kadang saya didaulat untuk memimpin tahlil tadz...." . Pemilik wajah itu menunduk menceritakan kesulitannya berhadapan dengan masyarakat di kampung halamannya.

Kini kutahu mengapa pemilik wajah itu sering kulihat kembali dan nongkrong mengobrol bersama penunggu warung yang menyediakan kitab tuqilan itu. .............................................................................................................

Tiba-tiba pikiranku melayang pada seorang anak, yang empat hari lalu kuantarkan kembali kepada orang tuanya.

Mencoba membanding-banding.

"Surat untuk anakku"


(facebook.com/tubagusencep)
1 November 2012 pukul 0:28
Anakku....
Ceritamu via SMS tadi pagi sudah bapak dan mamah baca dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, dan tidak ada niatan apapun kalau kemudian ceritamu ini bapak posting dalam catatan facebook bapak. Semuanya bapak lakukan semata-mata dilandasi niatan berbagi cerita dan semoga bemanfaat adanya.

Bersyukurlah pada Allah anakku.... kalau seringkali kamu mendapatkan kemudahan di perantauanmu, tetanggamu baik-baik semua padamu. Di atas kendaraan sering ada yang mengongkosimu tanpa diketahui siapa orangnya, dan ketika kamu tanya pada kondektur orangnya sudah turun sehingga kamu tak sempat berterima kasih. Tiba-tiba ada polisi yang membelikanmu buah-buahan di tengah jalan menuju kampusmu, padahal kamu tak kenal siapa polisi itu dan setelahnya polisi itu berlalu begitu saja. Syukuri semua itu anakku dan tetap waspadalah.......

Kalau kemudian kamu mengatakan apakah ini adalah buah dari seringnya kamu menyaksikan bapak dan mamah tiba-tiba mengongkosi pelajar yang kekurangan ongkos dan hendak diturunkan oleh kondektur, atau kamu juga mengatakan mungkin juga doa nenek-nenek yang pernah ditambahi ongkos oleh mamahmu atau karena buah dari repotnya bapak dan mamahmu membawa oleh-oleh ketika menengokmu dan membagikannya pada semua tetanggamu??

Oh..tidak anakku...
Jangan hubungkan kemudahan yang kamu dapatkan saat  ini dengan hal-hal sepele yang pernah bapak dan mamahmu seringkali lakukan, biarlah itu menjadi rahasia Allah. Semua yang kami lakukan di depanmu hanyalah mencoba memberimu pelajaran kehidupan sebagaimana dilakukan oleh semua orang tua di manapun.
Anakku....Bapak dan mamah hanya ingin mengatakan ke padamu: kita memang orang yang tak memiliki harta anakku....tapi janganlah hal ini menghalangimu untuk berbagi anakku. Pedulilah pada sesamamu walau sedikit dan kemudian lupakan perbuatanmu itu, biarkan itu menjadi rahasia Allah dan kamu.
Sisihkan uang hasil kerjamu untuk pengemis, anak jalanan atau sekedar menyelipkan selembar atau dua lembar ribuan pada kotak amal musholla di manapun kamu sholat. Jangan berangan-angan berbuat kebaikan yang besar kalau kebaikan kecil saja tidak kamu biasakan.

Anakku.....
Karakter baik tidak muncul begitu saja, ia bisa kita ciptakan dengan melakukan secara rutinitas, dari rutinitas menjadin sebuah kebiasaan dan kemudian merasuk menjadi karakter dan kepribadian kamu anakku.....

Annakku....
Bersyukurlah selalu atas kemudahan yang Allah berikan padamu, dan bersabarlah ketika Allah mengujimu.
Selamt berjuang terus anakku.....


Surat untuk istriku


(Facebook.com/tubagusencep)
4 Desember 2012 pukul 21:17

Istriku...
Entah mengapa tiba-tiba aku ingin menulis surat ini padamu, memohon maaf atas kekuranganku sebagai suami yang belum mampu menjadi imam dan nahkoda yang baik dalam kapal rumah tangga kita, padahal Allah jelas mengatakan “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa :34).
Maafkan aku bila belum mampu menterjemahkan perintah rasul dalam kehidupan rumah tangga kita “ Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu)


Istriku....
Maafkan bila aku belum mampu menjadi suami yang baik, yang menyayangimu dan berusaha untuk berta’awun (saling tolong menolong) dalam kebaikan. Maafkan aku suamimu karena belum mampu merealisasikan apa yang Allah perintahkan pada kita: ”Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan“ ( Qs. Maidah : 2 )

Istriku...
Maafkan aku suami yang belum mampu mengajakmu bangun malam dan kemudian menjalankan sebagaimana yang telah rasul ajarkan pada kita : 
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan istrinya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya dan semoga Allah merahmati seorang perempuan yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan suaminya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air diwajahnya” (HR. Ahmad, Ahlu sunan kecuali At Tirmidzi Hadist ini shahih).

Istriku...
Maafkan aku suamimu, karena belum bergaul dengan pergaulan yang baik dengan dirimu, belum memberikan kelembutan dan kasih sayang, belum bertutur kata yang sopan dan etika yang baik, maafkan bila aku belum mendengar dan menghargai pendapatmu, belum dapat membantu dan meringankan pekerjaanmu, belum mampu bersikap yang baik dan menjaga perasaanmu, wahai istriku maafkan suamimu jika masih jauh dari hal itu, belum berbuat yang terbaik untuki dirimu.

Padahal jelas rasul sering berucap:“Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahklaqnya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada istrinya “ (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Istriku...
Engkau dalam pandanganku seorang yang sangat berharga bagi diriku, sosok yang luar biasa, ketaatanmu yang membuat diriku tambah mencintai dirimu. Engkau diantara anugrah yang terbesar yang Allah berikan kepada diriku, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah ” (HR Muslim)Istriku

Kebaikanmu begitu besar kepada diriku, kasih sayang dan kelembutanmu, ketaatan dan kesetiaanmu, pelayanan dan pengorbananmu begitu terasa oleh diriku, wahai istriku, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan masukkanmu kedalam surga Nya.
Bila seorang shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suminya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan ” (HR.Ibnu Nuaim di hasankan oleh syaikh Al AlBani)

Istriku...
Ingatkanlah jika suamimu keliru, jika ada hakmu yang terlalaikan, wahai istriku jangan engkau ragu untuk menasehati jika suamimu keliru, jika suamimu salah, wahai istriku ku ingin rumah tangga kita dibangun diatas saling menasehati di dalam ketaatan kepada Allah, karena atas dasar inilah agama kita dibangun. Engkau mungkin ingat rasul telah berucap:“Agama itu adalah nasehat” (HR Muslim)

Istriku...
Semoga Allah menjaga dan melanggengkan rumah tangga kita diatas ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat kita, dan memasukan kita kedalam surgaNya.                                                                                                                                                                                   

Pagi yang indah di masjid Al-Mi'roj" (tol Cipularang KM 97)


(Facebook.com/tubagusencep)
7 Mei 2012 pukul 14:44
Dalam perjalanan pulang ziarah dari Jombang yang lumayan melelahkan, mampirlah saya, ibu dan adik menuju "rest area 97" di daerah tol Cipularang untuk beristirahat.  

Sementara Ibu dan yang lain menuju masjid Al-Mi'roj untuk melaksanakan shalat Dzuha, maka saya dan adik asyik menikmati kopi dan hembusan asap rokok sebagai penghilang lelah berjam-jam menyupiri kendaraan.Tengah asyiknya menikmati semua itu, datanglah sebuah mobil mercy tipe terbaru dan berhenti tepat di samping kendaraan kami. Sesuatu yang berbau mewah kadang membuat kita ingin menoleh, sama halnya yang terjadi dengan mata saya yang mau tak mau ikut juga menengok kendaraan tersebut dan berkelanjutan ingin tahu siapa gerangan makhluk yang turun dari kendaran tersebut.   

Bagai mata kamera yang bercerita dalam sebuah kisah filem layar lebar, mata saya tajam menatap pintu bagian bawah yang pelan terbuka dari mercy tersebut. Perlahan keluarlah sepasang kaki indah dibalut sepatu bermerek luar. Mata saya kian tajam menatap terpesona kaki indah tersebut kemudian naik perlahan menatap ke atas.  

Subhanallah... Maha suci Allah yang telah menciptakan seindah-indahnya makhluk. Seorang perempuan berpenampilan menarik berbingkai baju kerja bargaya eksekutif  keluar dari kendaraan tersebut diikuti supir sambil mengapit tas kecil mukena dengan anggunnya melangkah menuju tempat wudlu masing-masing, kemudian menghilang menuju pintu masjid. Tidak salah lagi ia akan melaksanakan shalat dzuha.

Tiba-tiba hati ini bergemeruh tak menentu dan mengirimkan sinyal-sinyal aneh ke otak yang kemudian menusuk tajam menghujam ke dalam dada menyadarkan sisi-sisi rasa spiritul saya.Dengan perlahan dan sedikit bergetar berucap ke adik disamping saya yang tengah asik ngopi, "Dik...habiskan kopimu, ambil wudhu dan mari kita tunaikan shalat dzuha". Adik menatap aneh. (Mungkin heran karena tadi ibu juga mengajak shalat dzuha tapi saya cuekin).Saya menyambung menegaskan ajakan tadi, "Dik...kalau wanita cantik tadi saja yang memiliki kelebihan secara fisik dan materi tak ragu dan mau menyempatkan waktu bermuwajahan dengan sang kholik, memohon kemudahan hidup dan sebagainya, masa kita yang kurang segalanya malas untuk mengadu pada-Nya. Sombong benar kita di hadapan Allah dan manusia".
Tampak banyak bicara adikpun mengikuti langkah-langkah saya yang tertunduk menuju tempat wudlhu
........................................................................................................................

Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka...............

Pada penutupan doa saya tambahkan: Terima kasih ya Allah engkau telah mengirimkan wanita itu untuk membuka kisi-kisi kesombangan saya untuk dekat dengan-Mu, berikat Rahmat-Mu untuknya....

Keluar dari masjid saya menatap mobil Mercy tersebut yang melaju cepat ke arah Jakarta dengan hati yang penuh rasa ucap terima kasih.

(Masjid Al-Mi'roj, Rest Area 97 tol Cipularang, 3 Mei 2012)