Blog-blogan

Rabu, 24 Juli 2013

Belajar politik dinasti ke Banten

http://politik.kompasiana.com/2013/07/25/belajarlah-dinasti-politik-ke-banten-579556.html

Bicara dinasti politik atau politik dinasti sesungguhnya bukan suatu hal yang baru bagi negeri tercinta, ini sudah ada sejak zaman orde baru (ORBA). Tidak ada yang salah sebetulnya karena konstitusi menegaskan bahwa setiap warga negara berkedudukan sama di mata hukum, termasuk untuk mengikuti atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik sebagai bupati/walikota, gubernur, atau presiden.

Hanya saja mungkin perlunya ada pembatasan oleh pemerintah dan DPR, karena semakin lama gejalanya semakin tidak sehat. Terutama tidak adanya kesempatan dan menutup pintu bagi yang lain. Pada sisi yang lain politik dinasti lebih banyak melahirkan pemimpin prematur dan belum layak uji di masyarakat. Karena mereka lahir dari keluarga yang telah mapan sebagai keluarga politik bukan dari perjuangan politik.

Tidak adanya larangan secara konstitusi, dimanfaatkan oleh mereka yang mapan secara politik dan mapan dalam keuangan untuk terjun dalam dunia politik. Padahal seyogyanya pemimpin lahir dari sebuah perjalanan panjang  membangun negeri, memiliki kemampuan dan rekam jejak yang baik di masyarakat.

Berdasarkan catatan Kementrian Dalam Negeri ada 57 kepala daerah yang menerapkan politik dinasti, 6 kandidat masih bertarung dalam Pilkada*). Kekerabatan dengan incumbent jelas akan lebih memuluskan akses pada birokrasi, program maupun anggaran. Rasanya sangat wajar bila memang ada wacana yang beredar saat ini tentang perlunya pembatasan dalam berpolitik pada sebuah lingkup kekerabatan dalam sebuah daerah atau provinsi.

Sebagai rakyat Banten, saya sendiri bolehlah sedikit bersombong dan berbangga diri karena memiliki sebuah contoh yang sukses menerapkan politik dinasti dalam keluarganya. Mungkin sedikit saya paparkan satu persatu mulai dari gubernur tercinta saya Rt. Atut Chosiyah (gubernur Banten 2 periode), kemudian dalam DCS caleg 2014 yang disetor partai ke KPU, anak pertama Atut, Andhika Hazrumy, yang berstatus sebagai anggota DPD, kini mencalonkan diri menjadi anggota DPR dari Partai Golkar. Dia terdaftar dengan nomor urut 1 di daerah pemilihan Banten 1 (Lebak dan Pandeglang).

Sementara adiknya, Andiara Aprilia Hikmat menjadi calon DPD urutan ke-9. Sedangkan Istri Andhika Hazrumy, Adde Rosi Khoerunnisa, yang saat ini menjabat wakil ketua DPRD Kota, terdaftar sebagai caleg DPRD Provinsi Banten nomor urut 1 dari Golkar.

Adapun suami Andiara Aprilia Hikmat, Tanto Warbono Arban, tercatat sebagai caleg untuk DPRD Provinsi Banten di dapil Kota Tangsel. Semua anak dan menantu Atut mendapat nomor urut 1 di Partai Golkar.

Sedangkan suami Atut, Hikmat Tomet, kembali mencalonkan diri ke DPR dengan nomor urut 1 di dapil Banten 2 (Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon). Sekarang, Ketua Partai Golkar Banten ini merupakan anggota DPR dari Komisi V DPR.

Kemudian saat ini yang juga masih menjabat wakil bupati di tempat saya bermukim di Pandeglang adalah Ibu Iye Heryani (ibu tiri), Ratu Tatu Chasanah (adik) sebagai Wabup Serang, TB. Chaerul Jaman (adik tiri) sebagai walikota Serang dan Airin Rachmy Diani (adik ipar) sebagai walikota Tangsel serta Ratna Komalasri (ibu tiri beliau yang lain) sebagai anggota DPRD kota Serang, terakhir Aden Abdul Kholik sebagai anggota DPRD Provinsi Banten. (Mohon maaf pada keluarga ini bila ada yang luput dari catatan saya)

Kemudian kalau bertanya pada saya apa yang dirasakan  dari hasil keluarga ini pada rakyat Banten, saya mohon maaf tidak akan membeberkannya di sini. Karena baik atau buruknya pembangunan di Banten biarlah kami rakyat Banten yang cukup merasakannya. Hehehehe…..

Sebagai guru madarasah, saat ini saya hanya berusaha mencoba mempersiapkan para generasi untuk kelak siap  membangun daerah ini menuju Banten yang lebih baik lagi.

Maka bagi anda yang mau belajar tentang dinasti politik atawa politik dinasti yang sukses, saya persilahkan anda berkunjung ke negeri saya Banten tercinta. Tetapi bila pembaca mau belajar pembangunan daerah yang sukses mungkin pembaca lebih tahu ke mana harus belajar.

Sumber pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar