Pameran Batu akik di lantai dasar terminal Blok M, Jakarta |
Sore ini saya tiba-tiba terdampar diterminal Blok M usai mengikuti acara launching menu baru sebuah restoran Jepang, pada hari Selasa, 26/05/15 kemarin. Sambil menunggu otak mengambil keputusan antara langsung pulang atau memanfaatkan waktu sejenak di Jakarta, saya tiba-tiba tak sadar telah duduk di kursi sebuah jasa pijat yang biasa menawarkan jasa pijat murah di mal-mal, lumayan juga buat meregangkan urat syaraf tubuh yang cape.
Usai menghilangkan kepenatan lewat
pijat, saya putuskan untuk nengok sejenak ke lantai dasar terminal Blok M
yang tenyata sedang ada kegiatan pameran batu cincin/gemstone. Entah
kenapa setelah bergabung dengan blogger kompasiana, bawaan saya selalu
gatal untuk memphoto peristiwa-peristiwa yang ada di sekeliling saya,
sekaligus merekam ide untuk menjadi tulisan.
Sambil keliling memphoto stand-stand yang menampilkan aneka batu cincin yang terdiri dari 25 stand saya sempatkan icip-icip
pegang beberapa batu yang harganya lumayan besar untuk kantong saya.
Namun saya sempatkan juga beli sebutir batu mengkilat yang digeletakkan
secara acak pada meja mirip tumpukan kacang goreng, kata pedagang sih
namanya mata kucing.
Hah, batu mata kucing kok harganya 10
ribu, ketika menemukan harga murah, otak saya langsung berfikir kalau
barang ini kualitasnya KW alias palsu atau setidaknya berkualitas
rendah.
Bagimana saya tidak berfikir begitu,
wong ongkos gosok batu saja bisa 20-30 ribu/butirnya, kok ini batu sudah
digosok harganya sepuluh ribu. Untuk menjawab hipotesa keheranan saya
akan batu sepuluh ribu saya akan tanya teman yang ngerti batu sekalian nebeng nginap di istananya malam ini.
Begitu sampai di rumah teman yang
ternyata sedang asyik menggosok batu, saya langsung geletakkan itu batu
sepuluh ribu yang lansung dinilai teman tanpa sedikitpun menyentuhnya, “Palsu tuh, dibuat dari kaca”. Tuh khan bener hipotesa saya, pantesan murah.
Melihat batu mata kucing palsu yang saya
beli, saya jadi teringat begitu banyak kepalsuan di negeri ini. Pejabat
palsu karena ijazah palsu, pakar kecantikan palsu yang praktek keren di
toilet, konon juga beras palsu yang kini pelapornya panas dingin takut
dipidanakan atas laporan yang katanya juga dianggap palsu.
Saya juga kadang merasa berdosa pada
istri karena suka beri laporan palsu, beli burung mahal mengaku dikasih
orang hanya karena nggak mau berantem mulut dengan kekasih hati.
Kepalsuan begitu mewabah di mana-mana,
dan sepertinya semua suka dengan kepalsuan walaupun ia sadar tengah
berhadapan dengan kepalsuan. Mirip saya yang mau saja beli batu mata
kucing palsu padahal sadar berhadapan dengan barang palsu.
Ataukah kita semua takut tak bisa hidup tanpa kepalsuan?. Ach kejujuran memang benar menjadi barang langka di negeri ini.
Hanya satu yang membuat saya tidak merasa dipalsukan.
Saat datang ke tukang gigi palsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar