Catatan Pinggir: facebook.com/tubagusencep
Kaget, itu yang kurasakan. Ketika seorang alumni teman ngopiku dulu di asrama Darul Imtihan menelpon bahwa anaknya ingin pindah sekolah dan tidak mau lagi meneruskan nyantrinya.
Kagetku kali ini tidaklah seperti perasaanku saat melihat puisi-puisiku dimuat di koran lokal terkenal di Banten, kagetku waktu itu ada nyanyian suka di dalamnya. Tapi kagetku kali ini diiring kicauan sedih di dalamnya.
Sedih, jelas aku merasa sedih karena aku tak berhasil menjaga anaknya dengan baik, membuatnya tetap semangat untuk nyantri. Terlebih ketika aku berhadapan langsung dengan teman ngopiku ini, kilatan gundah yang kubaca lewat matanya membuatku semakin lebih bersedih. Perasaanku saat itu mungkin mirip si bungsu yang tak kukabulkan permintaan jajannya.
Sedihku semakin bertambah ketika teman ngopiku bercerita penyebab anaknya tak betah nyantri lagi, adalah adanya gangguan-gangguan kecil dari teman di atasnya, walaupun itu bukanlah penyebab utama. Sekecil apapun gangguannya kalau itu mendorong santri tak nyaman lagi, itu tetaplah membuatku bersedih.
Dan kesedihanku kali membuatku marah, marah pada sang pengganggu dan marah pada diriku sendiri.
Mengganggu kenyaman teman se-asrama, menekan atau intimidasi terhadap teman bagiku adalah cikal bakal perbuatan preman yang harus dihilangkan agar kelak tak jadi membesar. Dan bodohnya aku, mengapa ini bisa melewati pengamatanku.
Pesantren memang bukanlah institusi yang bisa lepas dari hal-hal negatif seperti itu, apalagi pesantren saat ini masih dipakai sebagai alternatif terakhir meyekolahkan anak oleh para orang tua. Ketika anak gagal masuk sekolah unggulan, ketika anak sudah tak lagi minat bersekolah, ketika orang tua tak lagi sanggup melayani kenakalan anak-anaknya, maka pesantren dijadikan pembuangan terakhir pendidikan sang anak. Maka wajarlah dalam sebuah ceramah seorang kiyai terkenal sempat berseloroh: "Saya harus bersabar dan berbesar hati, santri-santri yang saya didik adalah sisa-sisa dari sekolah lain, banyak membawa virus negatif. Sementara para orang tua berharap banyak melebihi harapan mereka pada tempat pendidikan lain yang murid-muridnya justru murid unggulan dan bermental baik".
Terlepas dari beban berat yang ditanggung pendidik di pesantren, tetaplah membuatku bersedih ketika gangguan kecil bisa lewat dari pengamatanku. Dan kali ini harus dialami oleh anak teman ngopiku. Ironi
Melihat fenomena saat ini, adalah suatu kekhawatiran bila memperhatikan gejala yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Sikap bully kini mulai marak dan mulai merambah di kalangan pendidikan, tanpa terkecuali pesantren. Bully sendiri adalah bahasa lain dari Bullying yang menurut kamus besar bahasa Indonesia: ialah intimidasi. Bentuk tindakan seperti menggangu, menyakiti, melecehkan yang dilakukan sengaja atau tidak sengaja, terencana, dapat bentuknya terus menerus terhadap seseorang atau sekelompok orang.
Teringat Pasal 54 UU No. 23 Tahun 2002 isinya : “Anak di dalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman - temannya di dalam sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya”.
Maka dapat disimpulkan bahwa bullying terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Bullying Verbal yaitu, memaki, mengejek, menggosip, membodohkan dan mengkerdilkan
Contohnya mengeluarkan kata-kata kasar ataupun menggossipkan teman.
2. Physical, yaitu ; memukul, menampar, memalak atau meminta paksa yang bukan miliknya, dan juga pengeroyokan. Contohnya : Biasanya terjadi ketika pemimpin genk mengajak teman-teman genknya untuk memalak, merebut sesuatu yang bukan miliknya, memukuli teman sekolah yang dianggap menyebalkan, dan lain-lain.
3. Emotional, antara lain : mengintimdasi, mengecilkan, mengabaikan, mendiskriminasikan
Contoh : Anak2 Genk nakal mengintimidasi teman-teman di sekolah yang lemah.
Aku yakin anak teman ngopiku tidaklah mengalami hal sejauh ini, investigasiku sudah melihat hal sebenarnya. Tetapi tetap saja gangguan-gangguan kecil yang membuat orang lain tidak nyaman ini, membuatku bersedih.
Bahkan menangis......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar